Rabu, 03 Februari 2010

kaki gajah

Kaki gajah bersembunyi di ibu kota
Filarisis kembali menyerang ibu kota. Kasus ini tak ubahnya fenomena gunung es. Kasus yang terjadi lebih banyak ketimbang data yang resmi tercatat.
Sejak tiga tahun terakhir, tangan kiri manih, 50 tahun, membengkak mulai dari siku sampai ujung jari tanpa kendali. Awalnya, kaki warga kampung kebayuan hanya merasa gatal dan panas. Setelah lama berselang, rasa itu tak juga mereda. Sebaliknya, badan manih malah menjadi demam dan ada lengannya timbul bercak dan kesemutan. “kalau kambuh, saya sering demam dan sesak napas. Saya sudah berobat ke mana-mana, tapi tak sembuh-sembuh,” ujarnya. Sadar penyakitnya kian tak terkendali, manih berobat ke rumah sakit simpangan, depok, yang kemudian merujuknya ke rumah sakit cipto mangunkusumo. Manih bahkan juga berobat ke paranormal.
Surtina, 54 tahun mengalami penderitaan yang sama. Kader posyandu anyelir ini terserang filariasis pada kaki kiri mulai lutut hingga ujung jari. Tukang pijat yang pernah memperoleh penghargaan akupunktur ini mengaku lebih dari 10 tahun kakinya di gerogoti penyakit.
Saat kumat, selain demam, pada kaki keluar bintik-bintik merah. “saya kadang seperti orang kesurupan, badan menggigil, ujarnya sambil mengulas kakinya yang bengkak. “ini adalah ujian dari Allah, mau gimana lagi,” ujarnya.
Manih dan sutirna tidak sendirian. Di depok, sedikitnya 11 warga kelurahan tapos, kecamatan cimanggis, depok juga positif mengidap mikrofilaria, cacing penyebab penyakit kaki gajah (filariasis). “dengan di temukannya kasus ini, mangka wilayah tersebut merupakan kawasan endemis, kita akan terus obati warga tersebut dalam jangka waktu lima tahun,” ujar dr.Ani Rubiani, Kepala Bidang pencegahan, pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan (P2P dan PL) dinas kesehatan depok.
Fakta itu terungkap melalui pemeriksaan darah terhadap 505 warga kelurahan tapos dalam rangka survei (darah tepi)untuk mengetahui endeminsitas penyakit kaki gajah di wilayah tersebut beberapa waktu yang lalu. Namun, menurut Ani, hasil tersebut bukan berarti 11 wargayang positif mengidap mikrofilaria, menderita kaki gajah. “tapi kita akan mengantisipasi. Karena adanya kandungan mikrofilaria merupakan awal seseorang terkena kaki gajah,” tuturnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, saat darah seseorang mengandung mikrofilaria, tidak lantas penyakit kaki gajah akan muncul. “penyakit tersebut prosesnya cukup lama, bisa mencapai lima tahun kedepan terhitung sejak di temukannya mikrofolaria dalam darah si penderita,” jelasnya.
Selain itu, Ani mengatakan kalau bahwa pihaknya akan melakukan survei serupa di sejumlah wilayah yakni di kelurahan duren mekar, kecamatan sawangan. “daerah ini juga di perkirakan rawan terhadap penyakit kaki gajah,” ujarnya. Sebelumnya kasus serupa juga terjadi di kecamatan limo pada desember tahun lalu yang menimpa 14 warga di depok. Masing-masing 2 orang di kelurahan limo dan 14 orang lainnya di kelurahan grogol dan di kelurahan krukut.
Menurut ani, filariasis atau kaki gajah, merupakan penyakit menular yang di sebab kan adanya infeksi yang di tularkan oleh berbagai jenis nyamuk. “penularannya saat nyamuk terlebih dahulu menggigit si penderita filariasis,” katanya. Kata dia, saat nyamuk menghisap penderita, mikrofilaria akan masuk ke tubuh nyamuk sehingga nyamuk akan kembali mengeluarkannya ke setiap tubuh manusia yang di hisapnya.
Berbeda dengan penyakit malaria yang penularannya hanya oleh satu jenis nyamuk (anopheles), maupun demam berdarah (aedes aigepty), maka penyakit kaki gajah di tularkan oleh 23 jenis nyamuk, baik anopheles, aedes, nyamuk rumah, nyamuk rawa, dan lain-lain. Berbagai jenis spesies nyamuk ini, berperan sebagai vektor penularan penyakit kaki gajah dengan menggigit tubuh seseorang yanng darahnya terinfeksi cacing filaria ke orang lain.
Ani mengungkapkan, serangan penyakit kaki gajah, demam berdarah, malaria, dan lain-lain. Di pengaruhi oleh empat faktor lingkungan (45 persen), pelayanan kesehatan (20 persen), perilaku masyarakat (30 persen), serta faktor keturunan (5 persen). Kasus untuk penyakit kaki gajah, erat dengan prilaku masyarakat dan faktor lingkungan masyarakat sekitarnya, perilaku seseorang dengan pola hidup yang tidak sehat , misalnya mengabaikan tercukupinya waktu istirahat atau tidur dan tidak suka berolahraga, mengakibatkan daya tahan tubuh menjadi lemah. Penyakit ini menyerang penduduk miskin maupun kaya. Meskipun terbanyak memang menyerang peduduk miskin di pedesaan.
Dari pantauan FORUM, kondisi lingkungan warga yang terserang kaki gajah memang tampak kurang menjamin unsur kesehatannya. Selain lembab olehrimbunnya tumbuh-tumbuhan, sanitasi air tidak lancar. Kendati permukimannya tidak padat, warga kurang menjaga kebersihan dan terkesan kumuh.
Fakta ini tentu mengkhawatirkan masyarakat kasus filariasis tak ubahnya seperti fenomena gunung es. Pasien yang tak melapor di yakini jauh lebih banyak ketimbang yang tercatat resmi. Selain karena alasan ekonomi, penampilan fisik-umumnya dengan pembengkakan kaki, lengan, buah dada, dan buah zakur-membuat pasien malu berobat.
Ternyata, bukan hanya depok, penyakit ini meluas ke seluruh di nusantara. Tahun lalu, hasil survei yang di gelar departemen kesehatan mencatat, di temukan lebih dari 6000kasus kaki gajahd di 26 provinsi, termasuk jakarta. Secara berurutan “juara” filariasis adalah aceh, nusa tenggara timur dan irian jaya.
Memang, filariasis bukan penyakit mematikan. Tetapi penyakit ini bisa berakibat cacat permanen, yang memangkas p;roduktivitas pasien. WHO mencatat filariasis sebagai penyebab cacat nomor dua di dunia setelah penyakit kelainan mental. Untuk itulah profesor Umar Fahmi, dirjen pemberantasan poenyakit menular dan penyehatan lingkungan permukiman (PPM dan PLP), tak akan membiarkan penyakit kaki gajah leluasa menyebar. Departemen kesehatan akan menggeber pengobatan masal di daerah yang tingkat endemiknya satu persen atau lebih. “semuanya gratis,” kata Umar.
Secara medis, filariasis di pacu oleh cacing jenis Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan brugia timori. Menurut Agus Syahrurachman,pakar mikrobiologi dari fakultas kedokteran Universitas Indonesia,cacing ini menjadikan nyamuk sebagai perantara alias vektor. Gigitan nyamuk vektor-ada 23 jenis, termasuk suku Anopheles, Culex, Mansonia, dan Aedes-mengantarkan larva cacing masuk ke peredaran darah manusia. Selanjutnya cacing ini berbaik dalam kelenjar getah bening atau limfa.
Masa inkubasi cacing filaria berbeda-beda,tetapi umunnya berlangsung tiga sampai enam bulan. Selama periode tersebut, penderita tidak msrasakan gejala apa pun. Setelah masa inkubasi, barulah muncul gejala fisik derupa demam selama tiga sampai lima hari. Demam akan hilang bila si penderita beristirahat,dan muncul lagi usai penderita bekerja keras. Sementara itu, secara perlahan timbul pembesaran pada beberapa lokasi tubuh.
Bila sudah mencapai tahap lanjut (stadium IV), bagian tubuh yang bengkak sulit kempis kembali. Pasien harus menjalani pembedahan yang rumit. “kelenjar getah bening yang membengkak harus di buang selapis demi selapis,” kata Profesor Yoes Priyatna Dachlan. Ketua Tropical Disease Center Fakultas Kedokkteran Universitas Airlangga Surabaya. Sementara itu, pada tahap dini, pasien bisa di sembuhkan dengan minum obat pembasmi cacing, diethyl carbamazine citrate (DEC).
Sayangnya, kesembuhan sering terganjal oleh ketidak disiplinan pasien. Ada kemungkinan penderita filarasis tidak menempati aturan pemakaian obat, misalnya berhenti minum DEC sebelum proses pengobatan usai. Maklumlah, obat ini memang membuat mual, pusing, dan panas –dingin, sehingga banyak pasien berhenti meminumnya. Padahal, berhenti di tengah jalan ini lah yang membuat cacing tak terbunuh, dan penyakit terus berlanjut.
Selain menanti prosedur pengobatan, Ali Izhar menganjurkan masyarakat agar aktif memutus rantai penyebaran filariasis. “sedapat mungkin hindari kontak dengan nyamuk,” kata Ani. Misalnya, gunakan kelambu atau obat nyamuk saat tidur, tutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk, dan bersihkan rawa atau genangan air tempat nyamuk berbiak.
Dengan cara ini, kita doakan, perjalanan kaki gajah bisa berhenti sampai di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar